Saturday, August 16, 2014

Hindu Center Bali Anggap Jilbab dan Peci sebagai Kearab-Araban

Hindu Militan Anggap Jilbab dan Peci sebagai Kearab-Araban
President The Hindu Center of Indonesia (HCI) Bali, Dr. Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna MWS III, menyampaikan protes keras terhadap sejumlah perusahaan yang mewajibkan karyawannya mengenakan jilbab (kerudung) dan peci selama bulan Ramadhan lalu.

Perusahaan itu antara lain Jasamarga Bali Tol, Hypermart Kuta, Hoka – Hoka Bento Denpasar, Smartfren Denpasar, dan Taman Nusa Gianyar.

Wedakarna  menganggap kebijakan memakaian pakaian Muslim yakni Jilbab, kerudung dan peci bagi pelaku indusri di Bali mencerminkan tidak adanya penghormatan terhadap citra Bali sebagai Pulau Dewata dan Pulau Seribu Pura. 

Apalagi dalam prakteknya, dilapangan banyak perusahaan yang mewajibkan karyawan beragama non-Muslim untuk memakai pakaian kearab–araban. 

”Saya ingin membela rakyat saya yang beragama Hindu, bahwa tidak baik memaksaan citra kearab–araban pada perusahaan di Bali. Semua investor harus mengakui, bahwa turis itu datang ke Bali adalah untuk melihat pura, melihat orang Hindu Bali berupacara dan kagum dengan Pulau Dewata," katanya. 

Dikemukakan, banyak perusahaan di Bali ini mendapatkan keuntungan karena budaya Hindu Bali, tapi ia prihatin sekali banyak perusahan industri di Bali yang tidak komit menciptakan rasa nyaman pada masyarakat Bali dan cenderung bermain – main pada isu SARA. 

"Dan saya minta kedepan harus tegas bahwa tidak boleh ada kebijakan yang mendegradasi budaya Hindu Bali baik didunia industri dan pariwisata di Bali,” ungkap Dr. Wedakarna di sela – sela bertemu dengan sejumlah relawan di Canggu.

Ia pun mengkritik umat Hindu yang berada diperusahaan – perusahaan yang mau begitu saja menerima kebijakan yang tidak sesuai dengan kata hati. 

”Saya harap,para pekerja Hindu agar tegas menolak dan berani memberi masukan yang benar pada atasannya jika dipaksa menggunakan pakaian agama lain. Kenapa masalah ini terus terjadi ? Karena mental pekerja Hindu kurang bisa beragumen dan cenderung cari selamat. Saya ingatkan, gerakan Syariah dan Misionaris ini akan masuk keranah kehidupan orang Bali jika orang Hindu yang lalai. Maka dari itu, kedepan harus ada revolusi mental terhadap anak – anak kita yang bekerja diperusahaan- perusahaan dan kita akan amati terus,” ungkap Dr. Wedakarna. 

Dalam sebuah press confrence di Denpasar awal Agustus lalu, The Hindu Center of Indonesia menyampaikan bahwa ada sejumlah perusahaan yang telah meminta maaf dan mencabut kebijakan pakaian Muslim untuk pekerjanya yakni Jasa Marga Bali Tol, Hypermart Kuta, Hoka – Hoka Bento Denpasar, Smartfren Denpasar dan Taman Nusa Gianyar. 

”Saya apresiasi pada perusahaan yang sudah meminta maaf. Tahun depan kita akan lebih awasi secara besar – besaran terhadap perusahaan di Bali yang mencoba untuk memaksakan karyawan Hindu memakai pakaian agama lain," katanya seperti beritakan laman vedakarna. 

"Saya akan libatkan desa pekraman untuk mengawasi. Tentu saya membutuhkan laporan dari umat Hindu sebagai mayoritas di Bali. Jika perlu kita boikot perusahaan – perusahaan yang tidak komit terhadap citra pulau Dewata. Kita belajar dari kejadian tahun ini,” ungkap Dr. Wedakarna yang juga Anggota DPD RI Terpilih dengan suara terbanyak di Bali.*


Sampaikan kebenaran walau pahit dan hanya satu ayat!